Thariq.sch.id- “Ma, aku diberikan banyak sekali kelebihan oleh Allah, sehingga aku bingung harus melakukan apa”, lirih batinku yang tak bisa mengungkapkan semua kata-kata yang selama ini bersemayam dalam pikiran dan hati, bahkan aku tak bisa menangisi deritaku sendiri.
Aku tak memiliki hak untuk menyalahkan mama dan bapak. Meski waktu telah merenggut segalanya bukankah semuanya masih bisa diperbaiki. Ma, hari-hariku ditemani bayi bayi mungil di serial Cocomelon, aku pandai menari juga ikut bernyanyi meski tidak bersuara, aku pun biasanya begitu serius mendengarkan celotehan dari Spongebob dan teman-temannya. Aku begitu gembira dan sesekali tertawa dengan tingkah lucu mereka, tapi sungguh aku kesulitan untuk bertanya dan mengungkapkan setiap rasa, ada banyak kata yang tertahan, sulit sekali untuk diucapkan, aku menjadi tidak pintar dalam bicara, aku pun tidak bisa mengembangkan otakku dengan sempurna, maafkan aku ma.
Sering kali rasanya begitu sakit di dalam dada ini, ingin rasanya marah, ada keinginan yang tak mampu dilakukan, aku terkekang dalam ketidakberdayaan, aku ingin dimengerti ma, tapi bisa jadi orang-orang telah bosan. Memang, aku tak pandai berbicara, ada kesulitan kesulitan yang tak bisa aku selesaikan sendiri. Aku butuh banyak kata menjadi teman bicara. Aku butuh banyak telinga menjadi teman cerita, Aku butuh banyak mata untuk menjadi teman saling merasa. Aku tak perlu dimengerti, karena aku hanya butuh diterima.
Bicaralah banyak padaku ma, karena ada banyak tanya yang belum juga ada jawabnya. Ada banyak kisah yang belum juga aku mengerti maknanya. Ada banyak cerita yang sulit aku cerna, bantu aku ma.
Suatu hari, rasa takut ini akan pergi dan aku pasti berani berbicara tanpa terbata. Jangan memaksa meluruskan ranting yang telah sedikit bengkok ini Ma, aku takut akan patah, bukankah ranting ini bisa menjadi besar dan kokoh? Bukankah gelas yang kosong ini akan sedikit demi sedikit terisi air yang jernih? Pegang eratlah tangan yang gemetarnya telah disembunyikan begitu lama, peluklah tubuh yang pura-pura tegar ini, aku yang telah kehilangan banyak kata tak mampu kembali dan memunguti kata-kata yang terlanjur berserakan di kehidupan yang telah berjalan, bantu aku Ma, Pa.“

Kisah di atas mengingatkan kembali kita semua atas peran utama orang tua terhadap anaknya. Anak adalah amanah dari Allah swt yang harus setiap orang tua jaga dengan baik dan mengantarkannya sampai meraih cita-citanya, setiap anak yang lahir kedunia ini dalam keadaan suci, dan semua anak adalah special dan istimewa. Sebab Allah swt menciptakan manusia sebagai sebaik-baik ciptaanNya.
Sesuai firman Allah swt di Surah At-Tin ayat :4
لَقَـدْخَـلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِي أَحْسَـنِ تَقْـوِيْـمٍ
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Allah swt telah menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang sebaik-baiknya, jauh lebih sempurna daripada ciptaaanNya yang lain bahkan setiap manusia memiliki sifat-sifat yang unggul yang tersimpan diindividunya masing-masing. Kondisi fisik dan psikis setiap anak diciptakan dengan takdir terbaiknya menurut Allah swt. Dari segi fisik, misalnya, hanya manusia yang berdiri tegak sehingga otaknya bebas berpikir, yang menghasilkan ilmu, dan tangannya juga bebas bergerak untuk merealisasikan ilmunya, sehingga muncullah sebuah teknologi. Dari segi psikis, hanya manusia yang memiliki pikiran dan perasaan yang sempurna, begitu juga setiap anak yang hadir ke dunia ini. Dan hanya manusia yang beragama, dengan agama Islamlah khususnya kita bisa mendampingi proses tumbuh kembang anak-anak kita sesuai yang di ajarkan nabi Muhammad saw.
Baca juga : Seminar Parenting SDIT TBZ PHP 2024 : Happiness Is Your Choice.
Tanpa kita sadari di negri kita Indonesia banyak anak-anak yang kekurangan bahkan kehilangan sosok orang tuanya, memiliki orang tua tetapi jarang menemukan tempat untuk berbicara satu sama lain, tempat curhat, tempat berlindung dan masih banyak lagi yang dibutuhkan setiap anak dari orang tuanya.
Maka kepada setiap orang tua luangkanlah waktu berkualitas bersama anak-anak kita, teruslah beri perhatian yang maksimal kepada setiap anak-anak kita, ajaklah mereka bicara, berkomunikasilah dengannya setelah beraktivitas kerja, jangan acuhkan mereka dengan dalih kesibukan kerja atau lelahnya aktifitas kerja kita.
Sumber : Ust Sahri Romadhon, Lc (Guru LPIT TBZ)
Simak video : Seminar Parenting SDIT TBZ JTM “Mendidik Buah Hati Kita Dengan Kebesaran Jiwa Dan Lautan Cinta”