fbpx

MENULISLAH, KARENA ITU SATU CARA BAGIMU MENJADI SYUHADA

Share

Facebook
WhatsApp
Telegram

Thariq.sch.id- Firman Allah SWT tentang pentingnya menulis :

نۤۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُوْنَۙ

“Nun, Demi Pena dan apa yang mereka tuliskan”.( QS. Al-Qalam : 1)

Allah bersumpah dengan pena dan karya yang dihasilkan darinya. Sungguh menggambarkan betapa mulia dan agungnya menulis di sisi Allah selama bermanfaat dan diniatkan karena Allah.
Begitu istimewanya menjadi penulis, terutama mereka yang mewariskan tulisan-tulisan yang mampu mengembalikan manusia kepada fitrah diri sejati sebagai Khalifah dan Abdillah. Tak berlebihan bila Al Ghazali menyamakan, bahkan melebihkan pejuang-pejuang tinta ini dengan syuhada. “Setetes tinta Ulama lebih berat timbangannya di sisi Allah daripada ribuan darah syuhada’ yang meninggal di medan perang” . Dalam kesempatan lain Al Ghazali juga bertutur “Kalau Engkau bukan anak raja, dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.”_

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa menjadi penulis (berdakwah dengan menulis) adalah bagian dari sunnah Rasulullah. Jika bukan karena paham akan kemungkinan besar terjadinya distorsi dan salah dalam memahami wahyu di antara para sahabatnya, takkan pernah Rasulullah Muhammad SAW menugaskan Zaid bin Tsabit, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Saad dan 40 sahabat lainnya menjadi penulisnya. Mereka para penulis sigap mencatat wahyu mulia saat diturunkan.
Begitu penting menulis, sampai Rasulullah memerintahkan untuk menulis di mana saja. Pada batu, pelepah kurma ataupun tulang belulang. Tak terbayangkan apabila Al-Qur’an tidak pernah tertuliskan sampai hari ini.

Jika bukan karena paham pentingnya tulisan sebagai bagian untuk menjaga keabadian Al-Qur’an, takkan pernah Utsman bin Affan melakukan tindakan yang belum dicontohkan langsung oleh Sang junjungan Nabi Muhammad SAW. Menulis ulang ayat-ayat Al-Qur’an dari para penghafalnya serta ‘membukukannya’, sehingga Al-Qur’an dapat terwariskan dan abadi sampai sekarang. Jika bukan karena paham betul penting mengikat ilmu dengan tulisan, mungkin takkan pernah Imam Ibnu ‘Aqil menulis kitab terpanjang di dunia “Al-Funun” (800 jilid). Prestasi unik semacam ini mungkin tiada bandingnya dalam sejarah dunia. Karenanya para ulama menjadikan menulis sebagai sebuah tradisi yang istimewa dan mulia. Dengan tradisi ini, ilmu-ilmu Islam bisa lestari dan terjaga sehingga bisa diwariskan pada generasi setelahnya.

“Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. at-Thabarani).

Diriwayatkan juga, dari Abu Hurairah RA berkata:
“Ada seorang lelaki Anshar duduk di samping Rasulullah SAW mendengar hadits dari Rasulullah maka hadits itu membuatnya kagum, dan ia tidak menghafalnya, maka ia mengeluhkannya kepada Rasulullah dan ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendengar hadits darimu, maka hadits itu membuatku kagum, dan aku tidak menghafalnya. Maka Rasulullah bersabda mintalah bantuan dengan tangan kananmu. Dan lelaki itu membuat tulisan dengan tangannya.” (HR. Tirmidzi)

“Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah…..” (Qatadah).
Sejatinya, menulis adalah keterampilan unik yang hanya dimiliki oleh manusia. Karena makhluk lain tidak Allah berikan kemampuan istimewa tersebut. Tidak ada manusia yang tidak bisa jadi penulis. Kemampuan merangkai kata agar terasa indah, renyah dan bermakna adalah kemampuan yang bisa diasah dan dipelajari, asalkan ada kemauan.

Mungkin ada banyak alasan motivasi orang menulis; mencari materi, popularitas, hobi, mendapatkan pengakuan atas keluasan ilmu atau lainnya. Jika tidak ada alasan-alasan lain yang cukup mendorong kita untuk menulis, maka cukupkanlah ibadah sebagai satu-satunya alasan yang mendorong kita untuk menulis. Menulis karena Allah akan melahirkan energi luar biasa. Ia adalah ibadah jariyah. Tulisan akan lestari berabad-abad lamanya, bahkan ketika sang penulis itu sendiri telah terkubur di bawah tanah.
Ribuan ulama yang telah meninggal dunia pada puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun lalu, tapi nama dan karyanya tetap semerbak dan abadi sampai hari ini. Imam al-Syafi’i, Imam Al-Ghazali, Ibnu Qutaibah, Ibnu Jarir, Imam an-Nawawi, Sayyid Qutb, Qaradhawi, Buya Hamka adalah sedikit nama dari ribuan nama-nama harum lainnya.

Baca : Hikmah Jum’at : 8 Lelah yang Di Cintai Allah

Menulislah selagi ada kesempatan untuk menulis. Semoga tulisan yang kita buat bernilai dan ditimbang dengan darahnya para syuhada.

”Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala,” (As-Syahid Sayyid Qutb)

Ditulis oleh : Sri Maharani Candra, S.Pd (Guru SMPIT TBZ)

Simak video : Pentingnya mencatat dalam belajar (ust Adi hidayat, Lc)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1000 siswa baru telah terdaftar !

Chat With Us
Chat With Us!
Assalamualikum!
How can I help you?