Thariq.sch.id- Sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw, masyarakat Arab di Mekkah hidup dalam kejahiliyahan, dan mereka menyembah patung-patung. Dalam rangka mendatangkan kemaslahatan dan menghindari bahaya, maka mereka menempatkan berhala tersendiri di setiap ka’bah. Bahkan mereka menempatkan tiga ratus enam puluh berhala di dalam Ka’bah dan di sekelilingnya.
Setelah kegelapan ini, Allah SWT mengutus seorang Rasul untuk mengembalikan ummat manusia ke jalan yang benar. Pada tahun gajah 12 Rabiul awwal, Abdul Muthallib sangat bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad saw, saking bahagianya beliau membawa cucunya ke dalam Ka’bah, mengucap syukur kepada Allah swt, dan memberinya nama Muhammad. Saat itu nama tersebut belum pernah ada di jazirah arab bahkan dunia. Ada beberapa kejadian menakjubkan yang menandakan kelahiran Nabi Muhammad saw. Kejadian tersebut yaitu runtuhnya 14 tiang istana Kerajaan Persia (menandakan Kerajaan tersebut hanya bertahan 14 keturunan, setelah itu akan runtuh) dan padamnya api yang disembah orang-orang Majusi.
Nabi Muhammad SAW lahir tanpa kehadiran sang ayah (Abdullah). Kemudian beliau di asuh dua tahun oleh Halimatus Sa’diyah. Saat kakek beliau Abdul Muthallib wafat, beliau di asuh oleh pamannya yang sangat menyayangi beliau, yakni Abu Thalib bersamaan dengan anak-anaknya yang banyak termasuk Ali bin Abi Thalib. Sejak kecil Nabi Muhammad SAW sangat akrab dengan akhlak yang rendah hati, bahkan saat sudah di angkat menjadi rasul, beliau mampu bersikap toleran kepada sesama, hingga kesabarannya yang tiada henti dalam segala tantangan dalam dakwahnya menyebarkan agama Islam.
Setelah wafatnya Rasulullah saw, kita menyaksikan dan mengalami bahwa maulid merupakan aktivitas kegiatan yang dilakukan sebagian ummat Muslimin khususnya di Indonesia. Salah satu manfaatnya yaitu untuk membangkitkan kecintaan ummat Muslimin kepada Nabi Muhammad saw dan agama Islam.
Ada sebuah kaidah yang di jelaskan oleh ulama ushul fiqh :
التَّـرْكُ لاَ يَعْـنِي التَّـحْـرِيْـمِ
“Yang tidak dilakukan oleh Rasulullah bukan berarti haram”
Apakah karena Rasulullah tidak memerintahkannya, kemudian menjadi haram? Tentu tidak. Perlu di telaah dan di observasi dengan bijak dan ilmu pengetahuan Islam yang terarah dan benar.
Perihal ummat Muslim mengadakan Maulid Nabi, esensinya bukan perayaan, namun sebagai bentuk cinta ummat muslim kepada Nabi Muhammad saw. Pada praktiknya di lapangan, maulid seringkali diadakan pada tanggal-tanggal lain di bulan Rabi’ul Awwal. Bahkan tidak jarang juga di bulan lain. Hal itu terjadi karena memang esensinya bukan perayaan, apalagi hura-hura, melainkan refleksi wujud kecintaan ummat Muslim kepada Rasulullah saw.
Akhlak Nabi Muhammad SAW baik sebagai masyarakat atau pemimpin, beliau tidak pernah lupa untuk menyampaikan segala sesuatu dengan ucapan yang lembut (tidak pernah kasar) dan hati-hati dalam berbicara karena takut nanti menyinggung perasaan orang lain.
Sebagai orangtua, salah satu bentuk ungkapan cinta kepada Rasulullah yaitu dengan menanamkan di hati anak-anaknya rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw. Hal ini bisa dilakukan dengan menjadi contoh terbaik dalam menerapkan amalan-amalan sunnah yang biasa Rasulullah kerjakan, seperti bersikap baik dan santun dengan tetangga, berpuasa senin dan kamis, sering bersedekah, menjaga sholat diawal waktu, serta ibadah-ibadah lainnya.
Mudah-mudahan momentum bulan rabiul awal sebagai bulan kelahiran Nabi SAW ini dapat kita optimalkan untuk meningkatkan rasa cinta sekaligus mahabbah kita kepada Nabi Muhammad SAW. Salah satunya yaitu dengan memperbanyak membaca shalawat agar Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga di hari akhir nanti kelak kita mendapatkan syafa’atul uzma dari Nabi Muhammad SAW.
Artikel ini ditulis oleh : Sahri Romadhon, Lc (Guru LPIT TBZ)
Simak video : Mengenal lebih dekat Rasulullah SAW