Bekasi (19/01/2024)- Sahabat Nabi yang mulia ini sangat unik. Namanya Amru bin Tsabit bin Uqaisy. Nama lainnya adalah Al ‘Ushairim. Beliau nasibnya memang sangat beruntung. Bagaimana tidak, dia dinyatakan oleh Rasulullah Saw masuk surga, sementara dia belum pernah shalat sekalipun. Dan belum pernah sujud satu kali sujud-pun kepada Allah Swt. Kenapa bisa begitu? Mari kenalan sedikit dengan Beliau.
Ada dua hadits yang menceritakan tentang beliau ini. Satunya dari Abu Daud dan Mustadrak imam Al Hakim, yg isnadnya dinyatakan hasan oleh Ibnu Hajar dan oleh Syekh Albany. Hadits yang satu lagi dalam musnad imam Ahmad yang isnadnya dishahihkan oleh Ibnu Hajar dan dinyatakan tsiqah oleh imam Adz Dzahabi.
Amru bin Tsabit ini orang Madinah yang masih kafir. Ketika penduduk Madinah sudah berbondong-bondong masuk Islam, ia masih enggan dan tidak mau menjadi muslim. Penyebab utamanya adalah dia masih punya banyak riba jahiliyah yang dimilikinya. Dia khawatir hak ribanya hilang kalau masuk Islam. Maka dia masih belum mau masuk Islam sebelum lunas “hutang riba” orang lain kepadanya.
Pada hari perang Uhud, Amru mencari-cari para sepupunya yang tidak nampak ada di Madinah. Orang-orang memberitahunya bahwa para sepupunya berangkat berjihad bersama Rasulullah Saw ke Uhud. Ketika itulah, Amru terketuk hatinya untuk masuk Islam. Dia langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, mangambil pedangnya dan menunggang kudanya menuju Uhud, bergabung dalam barisan pasukan Rasulullah Saw.
Begitu perang selesai, para sahabat menemukan Amru bin Tsabit dalam kondisi terluka parah. Mereka membawanya ke rumahnya di Madinah. Lalu Sa’ad bin Muadz memerintahkan saudari Amru untuk bertanya, apakah motifnya ikut berperang. Apakah karena fanatik dengan sukunya atau karena membela Islam?
Amru yang masih terluka menjawab, “Aku ingin membela Islam, aku beriman kepada Allah dan RasulNya, lalu aku menghunus pedang ikut berperang bersama Rasulullah.” Tak berapa lama setelah jawaban tersebut, Amrupun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Para Sahabat langsung melaporkan kejadian tersebut kepada Rasulullah. Maka Rasulullah Saw berkata: “Sesungguhnya dia termasuk penghuni surga.”
Baca juga : Berguru Kepada Salaf (Bagian 2)
Yaa Subhaanallah, selamat bagimu wahai Amru bin Tsabit. Engkau belum sempat shalat sama sekali. Tapi engkau langsung berjihad dan mati syahid di jalan Allah. Lalu engkau berhak mendapat surgaNya.
Pelajaran
========
1. Para sahabat yang merupakan generasi salaf yang terbaik, adalah panutan dalam berjihad di jalan Allah. Semangatnya untuk membela Islam dan kemudian mati syahid di jalan Allah, sangat menggebu-gebu. Bahkan itu semenjak hari pertamanya masuk Islam. Bukan setelah belasan tahun “mengkaji” Islam. Sehingga bisa saja, pagi masih kafir, dhuhanya masuk Islam, siangnya mati syahid di medan jihad.
2. Amru bin Tsabit ini baru masuk Islam, langsung berangkat berjihad. Belum sempat shalat sama sekali. Tentu juga belum pernah berwudhu. Juga belum pernah ikut kajian Rasulullah, belum membahas kitab Aqidah ini dan itu. Lalu dia mati syahid dan masuk surga. Modalnya adalah iman kepada Allah dan RasulNya.
Maka, kuranglah tepat bila ada yang mengatakan, “Jangan bicara jihad dulu kalau wudhunya belum benar.” Atau yang mengatakan, “Rapikan aqidahmu dulu, shalatmu, bacaan Al Quranmu dan lain-lain, setelah itu baru mengkaji jihad.” Kenapa jadi rumit begitu? Musuh sudah datang menjajah, menindas, memperkosa dan merampas hak-hak kaum muslimin, bahkan menginjak-nginjak tanah suci umat Islam. Lalu penduduk di sana harus ikut kajian Islam dulu sampai paham dan mahir?
Perangai mempersempit suatu yang lapang ini, mirip dengan seorang arab badui yang “pipis” di dalam masjid Nabawi. Nyaris dia dikeroyok oleh para sahabat. Ketika Rasulullah membelanya dan menuntaskan “permasalahan” yang dibuatnya, dia berdoa kepada Allah, “Ya Allah, rahmati aku dan Muhammad saja, jangan rahmati yang lain-lainnya.” Rasulullah menegurnya dan berkata: “Engkau telah mempersempit rahmat Allah yang luas.”
3. Kemurnian aqidah para sahabat itu dahulu sangatlah sederhana. Yaitu beriman kepada Allah dan RasulNya dengan mengacapkan dua kalimat syahadat. Kemudian langsung dibuktikan dengan amalan dan pembelaan terhadap Islam. Tidaklah sampai kepada pengujian aqidah, hal-hal detail yang menimbulkan perdebatan, dan lain-lain seperti sekarang yang sangat jelimet dengan berbagai istilah.
Dan Amru bin Tsabit bukanlah orang satu-satunya yang baru masuk Islam kemudian langsung berjihad. Penduduk Makkah yang baru masuk Islam, dan sudah bersyahadat, ada hampir 2000 orang yang langsung ikut perang Hunain dan Thaif. Tidak ditolak keikutsertaannya oleh Rasulullah, gak disuruh mengaji dulu dan lain-lain. Cukup statusnya sudah mengucapkan kalimat tauhid, mereka sudah boleh ikut berjihad.
4. Bila ada sekelompok pasukan yang terlatih, jelas statusnya sebagai seorang muslim, ribuan orang jumlahnya dengan status penghafal Al Quran, bahkan di dalamnya ada pesukan elit yang “mutqin” hafalannya, lalu mereka terpelihara shalat wajibnya berjamaah di masjid, dan sejak remaja sudah terbiasa berkorban dan menderita. Kira-kira kurang syar’ikah jihadnya?
Terlalu lancang rasanya anda yang mengatakan, “berjihadlah dengan sunan!” Terlalu kurang ajar anda menvonis mereka “aqidahnya menyimpang!” Apalagi kalau ada yang suruh mereka belajar berwudhu.
Wallahu A’laa wa A’lam.
Sumber : Artikel Berseri ” Berguru Pada Salaf” (Ust. Irsyad Syafar, Lc, M.Ed)