Thariq.sch.id- Sahabat thariq yang sholeh dan sholehah, alhamdulillah di hari ke 17 Ramadhan ini Allah Swt masih memberikan kita kesempatan untuk mengisi ruang waktu yang penuh keutamaan, saat-saat yang paling berharga dalam hidup yaitu beribadah di bulan Ramadhan.
Rasul saw mengingatkan “Sesungguhnya Tuhanmu memiliki saat-saat berharga dalam rangkaian hari-harimu dalam setahun, maka carilah ia, sebab bisa jadi jika engkau dapatkan darinya , akan membuatmu takkan ditimpa penderitaan selamanya (HR Thabrani).
I’tikaf adalah salah satu ibadah yang masuk dalam rangkaian ibadah puasa Ramadhan. Jika memperhatikan isyarat ayat 183-187 surat Al Baqarah , maka kita akan dapati fitur-fitur canggih ibadah Ramadhan yang luar biasa. Semua fitur itu terkoneksi kepada pembentukan jiwa taqwa, kepatuhan dan ketaatan pada diri seorang muslim. Di antara fitur-fitur canggih itu adalah : puasa, tilawah Quran, sholat tarawih dan doa, menghidupkan waktu sahur dan i’tikaf atau berdiam diri di masjid di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
I’tikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syar’i, i’tikaf berarti menetap di masjid untuk beribadah kepada Allah dilakukan oleh orang yang khusus dengan tata cara yang khusus. (Lihat Ahkamul I’tikaf, hal. 27 dan Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 5: 206)
I’tikaf ini dikaitkan dengan masalah puasa karena dalam Al Qur’an ketika menyebut masalah puasa disinggung pula perihal i’tikaf. Sampai-sampai para ulama fikih pun ketika membahas kitab shiyam (puasa) melanjutkan dengan bahasan i’tikaf karena mengikuti metode Al Qur’an dalam menyebutkannya. Mengenai masalah i’tikaf Allah Swt berfirman :
وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ ١٨٧…
Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa. (Al-Baqarah : 187)
Ayat di atas menerangkan bahwa saat i’tikaf tidak boleh seseorang keluar dari masjid lalu menemui istrinya untuk berhubungan intim kemudian kembali lagi ke masjid. Allah melarang seperti itu. Ini semua ingin menunjukkan di antaranya hikmahnya i’tikaf adalah untuk bisa berkonsentrasi dalam ibadah.
Kesimpulannya, di antara hikmah dilakukannya i’tikaf adalah :
1. Ishlahul qolbi, menata dan membersihkan hati dari polutan-polutan yang mengotorinya.
2. Al Khalwah ma’allah atau bersendirian dalam ibadah pada Allah. Imam Ibnul Qayyim berkata : carilah hatimu di tiga tempat : saat mendengar atau membaca Al Quran, saat di majelis dzikir, dan saat berkhalwat.
3. At Tabattul atau Memutuskan diri dari berinteraksi dengan lainnya dan hanya menyibukkan diri dengan Allah.
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلًاۗ ٨
Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati
4. Menjaga puasa dari godaan dan kecenderungan kepada syahwatnya
5. Mengurangi kegandrungan kepada yang mubah. Rasulullah saw menyatakan bahwa seorang hamba tidak akan sampai kepada derajat muttaqin hingga ia mampu mengurangi kegemarannya dari perkara-perkara mubah.
6. Mudah untuk konsentrasi dalam dzikir.
7. Tafakkur (merenungkan diri)
8. Muhasabah (introspeksi diri)
9. Mudah untuk memanjatkan doa
10. Lebih bisa memperbanyak ibadah.
11. Menggapai malam lailatul qadar.
Sedangkan hikmah terbesar dari i’tikaf -sebagaimana kata Ibnul Qayyim- adalah untuk membuat seseorang makin cinta pada Allah sebagai ganti kecintaannya pada makhluk. Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amalan i’tikaf ini dan bisa meraih hikmah di dalamnya.
Sumber artikel : (alm) Ust M. Ma’mun Salman, M.Pd.I (Guru Al-Qur’an LPIT TBZ)
