Bekasi(8/2/2023)- Nahdlatul Ulama (NU) baru saja memperingati 100 tahun organisasinya berdasarkan kalender hijriah pada tanggal 16 Rajab 1444 H yang bertepatan dengan hari selasa (7/2/2023). Berdirinya organisasi ini pada tanggal 16 Rajab 1344 H (Seratus tahun yang lalu) tidak bisa dilepaskan dari peran besar salah satu pendirinya yaitu KH Hasyim Asy’ari. Selain dikenal sebagai pendiri NU dan Ulama yang mengajar Ilmu keislaman, beliau juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan. Sikap tegas beliau dalam menentang penjajah Belanda saat itu tercermin dari Resolusi Jihad Fii Sabilillah yang beliau keluarkan bersama tokoh pendiri NU lainnya sehingga terjadilah perlawanan besar rakyat dan santri kepada sekutu pada tanggal 10 November 1945 yang dikemudian hari dikenal dengan Hari Pahlawan. Selain itu beliau juga pernah mengeluarkan fatwa haram bagi rakyat Indonesia yang saat itu pergi haji dengan fasilitas dari Kolonial Belanda.

Sebagai Insan yang saat ini bergerak dan memberikan kontribusi pada dunia pendidikan islam, ada baiknya kita mengenal lebih dekat konsep pendidikan Islam yang menjadi pemikiran KH Hasyim Asy’ari sehingga melahirkan banyak ulama besar Indonesia hingga saat ini.
KH Hasyim Asy’ari sangat mementingkan ilmu dan pengajaran. Beliau memaparkan bahwa penuntut ilmu dan ulama memiliki status atau derajat yang tinggi. Belajar menurut beliau adalah ibadah untuk mencari ridha Allah sehingga dapat mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. oleh karenanya, belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam. Bukan hanya sekedar untuk menghilangkan kebodohan.
Konsep pendidikan Islam KH Hasyim Asy’ari terdapat dalam kitabnya yaitu Adab al-alim wa al-Muta’aliim.
Dalam kitab tersebut dapat diambil kesimpulan urgensi pendidikan menurut KH Hasyim Asy’ari paling tidak ada dua yaitu :
1. Pentingnya pendidikan adalah untuk mempertahankan predikat makhluk paling mulia yang dilekatkan pada manusia.
2. Pentingnya pendidikan terletak pada kontribusinya dalam menciptakan masyarakat yang berbudaya dan beretika.
Beliau juga menyampaikan bahwa tujuan utama dari ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Dengan demikian ilmu tersebut dapat menghasilkan buah dan manfaat bagi orang banyak sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Dalam kegiatan menutut ilmu tentu ada proses belajar dan mengajar, oleh karenanya kyai Hasyim dalam kitabnya juga menjabarkan konsep mengajar yang harus dicamkan oleh para guru. Berikut adalah etika yang harus dijaga dan dilaksanakan seorang guru terkait dirinya dan pelajarannya :
- Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT
- Selalu takut kepada Allah dalam setiap gerak dan diamnya serta perkataan dan tindakannya
- Bersikap tenang
- Wara’ (berhati-hati terhadap yang haram dan syubhat)
- Tawadhu’ (rendah hati)
- Khusyu’ (menundukkan diri) dihadapan Allah SWT
- Senantiasa berpedoman kepada hukum Allah
- Tidak menjadikan ilmunya sebagai sarana untuk meraih kesenangan duniawai seperti : kedudukan, kekayaan, keterkenalan. jabatan.
- Berlaku zuhud terhadap keduniaan
- Menjauhi pekerjaan-pekerjaan yang hina
- Menjauhi perbuatan yang dapat merendahkan martabat
- Senantiasa menebarkan salam dan amar ma’ruf nahi munkar
- Menghidupkan sunnah, memperdalam ilmu dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh
- Menyibukkan diri dengan membuat berbagai tulisan ilmiah sesuai dengan bidangnya.
Bagi murid yang terlibat dalam proses belajar mengajar, kyai Hasyim juga menjelaskan dalam kitabnya etika seorang murid dalam belajar. Berikut adalah etika seorang murid yang beliau tulis dalam kitabnya Adab al-alim wa al-Muta’aliim :
- Bersihkan hati terlebih dahulu dari berbagai kotoran dan penyakit hati seperti : kebohongan, dengki, prasangka buruk, serta akhlah yang tidak terpuji lainnya.
- Meniatkan mencari ilmu semata-mata karena Allah SWT, mengamalkannya, menghidupkan Syariat-Nya.
- Mematuhi perintah dan anjuran dari gurunya dan tidak membelot/membantah.
- Memiliki pandangan yang mulia terhadap gurunya serta meyakini akan derajat kesempurnaan gurunya.
- Mengerti hak-hak seorang guru serta tidak melupakan keutamaan dan jasa-jasanya.
- Senantiasa mendo’akan gurunya baik ketika gurunya masih hidup maupun telah wafat.
- Menghormati keluarga para guru.
- Bersabar atas sikap dan perilaku yang kurang menyenangkan dari seorang guru. Sikap dan perilaku guru yang semacam itu hendaknya tidak mengurangi sedikitpun penghormatan seorang murid terhadapnya.
- Meminta izin terlebih dahulu ketika hendak memasuki ruang pribadi guru.
- Sopan santun ketika duduk dan bertutur kata dengan guru.
- Tidak sok tahu tentang sesuatu hal walaupun apa yang disampaikan guru itu sudah diketahui.
- Tidak mendahului guru dalam menjelaskan suatu persoalan atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa lain.
- Menerima atau memberi sesuatu kepada guru dengan tangan kanan kemudian memegangnya dengan kedua belahtangannya.
Baca juga : Pemikiran Pendidikan Menurut K.H Hasyim Asy’ari
Demikian ringkasan singkat yang dapat kami sampaikan terkait urgensi pendidikan, etika bagi guru, serta etika bagi murid yang ditulis oleh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adab al-alim wa al-Muta’aliim. Mudah-mudahan sahabat Thariq semua yang saat ini sedang terlibat dalam proses belajar mengajar dapat mengamalkannya serta menjadikannya panduan baik sebagai guru maupun sebagai murid. (fr)
Simak video : PERJUANGAN SANG KIAI HASYIM ASY’ARI MERAIH KEMERDEKAAN INDONESIA | Alur Cerita Film Sang Kiai